Image Repro Internet |
Derasnya arus masuk berbagai kartun ke Indonesia tentunya harus diikuti sikap preventif untuk menyaring berbagai nilai positif dan negatif yang terkandung dalam kartun-kartun tersebut. Hal ini seperti yang dilakukan oleh Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). Pada tahun 2008 yang lalu, KPI mengelompokkan semua kartun yang disiarkan di Indonesia dalam kategori Aman, Sedang, dan Berbahaya. Dari sekian banyak kartun yang beredar tersebut, setidaknya ada sepuluh kartun yang dicekal oleh KPI karena dianggap tidak mendidik dan membawa pengaruh buruk bagi perkembangan anak-anak Indonesia.
Alasan yang paling banyak dipakai KPI sebagai dasar pencekalan kartun-kartun tersebut adalah banyaknya adegan kekerasan yang terdapat dalam setiap episode kartun yang bersangkutan. Sebagai contoh adalah adegan kekerasan yang ada di Naruto, Bleach, dan One Piece. Kartun-kartun tersebut juga menampilkan berbagai tokoh dengan pakaian minim dan seksi, adegan ciuman maupun percintaan. Hal ini tentu tidak cocok jika ditawarkan kepada penontonnya yang ratarata adalah anak-anak. Satu lagi kartun yang mendapat peringatan dari KPI, yakni Detektif Conan. Kartun karya Aoyama Gosho ini dianggap berbahaya karena di setiap episodenya selalu menampilkan berbagai pembunuhan sadis, pencurian, dan berbagai tindak kriminal lainnya lengkap dengan trik yang dipakai untuk melakukan semua tindak kejahatan tersebut. Dikhawatirkan trik-trik ini akan digunakan di dunia nyata oleh penontonnya sehingga akan meningkatkan jumlah kriminalitas.
Selain adegan-adegan tersebut, masih ada berbagai dampak negatif yang dibawa oleh kartun-kartun lainnya. Seperti misalnya Crayon Shinchan. Kartun yang berkisah tentang seorang bocah TK ini menyimpan banyak nilai negatif di balik berbagai
humornya. Shinchan sering kali meledek Ibu atau Ayahnya dan orang-orang disekitarnya dengan kata-kata yang tidak sopan dan tidak seharusnya dilontarkan seorang murid TK. Belum lagi fakta bahwa diumurnya yang masih kecil itu Shinchan sering bersikap seperti orang dewasa, membayangkan pernikahan, merayu wanita-wanita yang jauh lebih tua darinya, serta melakukan porno aksi dalam banyak adegannya.
Ada juga kartun-kartun yang membuat kita berfantasi tingkat tinggi karena adegan-adegan di dalamnya. Seperti dalam kartun Doraemon. Doraemon seringkali membantu Nobita menyelesaikan berbagai masalahnya dengan alat-alat canggih dari kantong ajaib. Hal ini bisa membawa dampak negatif bagi anak-anak yang menyaksikannya. Mereka akan berangan-angan seandainya memiliki Doraemon atau alat-alatnya untuk menangani masalah mereka alih-alih memikirkan solusi yang tepat dan riil untuk masalahnya itu. Hal serupa juga ditawarkan kartun-kartun lama seperti Sailormoon, Cardcaptor Sakura, Power Puff Girls, dan kartun-kartun superhero lainnya yang akan membuat penontonnya berimajinasi seandainya memiliki kekuatan super itu.
Seperti halnya koin yang memiliki dua sisi yang berlawanan, begitu pun dengan kartun. Kartun tidak hanya memiliki sisi negatif. Mereka juga menawarkan sisi positif yang bisa digunakan sebagai pelajaran bagi kita para penontonnya. Selain memberikan sajian yang kocak, menghibur, dan bisa merilekskan pikiran, kartun seringkali memberikan kita pelajaran di setiap episodenya. Sebut saja Detektif Conan. Memang benar dalam kartun ini terdapat berbagai trik tindak kejahatan yang diperlihatkan secara jelas dan memungkinkannya untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Tapi, seperti halnya dalam setiap kasus yang terjadi, kartun ini pun memberikan solusi untuk sisi negatif yang dibawanya. Dalam akhir cerita setiap episodenya selalu ada penjelasan untuk semua tindak kriminal yang terjadi. Hal ini tentu bisa menjadi rujukan bagi, misal, pihak kepolisian atau masyarakat awam dalam menangani tindak kriminal semacam itu di dunia nyata. Selain itu, Conan sering kali memasukkan berbagai pengetahuan umum dalam ceritanya sehingga bisa menjadi pelajaran bagi kita. Seperti yang ada di komik volume 21 yang memberitahukan kita tentang hukum Paskal atau dalam filmnya yang berjudul Countdown to Heaven yang memasukkan rumus Fisika ke dalamnya untuk kita pelajari. Yang tidak boleh ketinggalan adalah ceritanya mengajak kita untuk selalu berpikir, mengasah otak, dan memperhatikan setiap detail yang ada di sekitar kita.
Kita juga bisa belajar tentang bahasa maupun kebudayaan dari sebuah kartun. Kartun yang ada di Indonesia kebanyakan berasal dari Jepang dan Amerika, walaupun ada juga dari Negara lain seperti Malaysia dan India. Dalam banyak episodenya kartun-kartun tersebut memasukkan unsur kebudayaan maupun bahasa negara mereka sehingga secara tidak langsung kita sebagai penikmatnya telah belajar budaya dan bahasa mereka itu. Hal ini tentu berguna untuk menambah wawasan kita tentang dunia luar. Seperti yang terkemas dalam Dora the Explorer dan Go Diego Go yang mengajak kita untuk belajar bahasa spanyol, Ipin Upin dengan dialek Melayu-nya, dan kartun-kartun asal Jepang yang mengenalkan kita pada kekayaan budaya mereka.
Yang tak kalah pentingnya adalah dari kartun kita bisa belajar tentang nilai-nilai kehidupan. Banyak kartun yang mengajarkan pada kita akan pentingnya nilai persahabatan, kesetiaan, pantang menyerah, saling menolong, dan tidak pernah takut melawan kejahatan. Seperti yang ditawarkan kartun Shaun the Sheep. Kartun ini mengajarkan pada kita untuk saling bekerjasama. Jika tokoh anjing dan kambing-kambing dalam cerita ini saja bisa saling membantu dan kerja sama, tentunya kita manusia juga (harusnya) bisa melakukan hal serupa kepada sesama.
Dengan begini, tak salah kiranya jika kartun disamakan dengan uang koin. Keduanya sama-sama memiliki dua sisi yang berlawanan tapi tak terpisahkan. Negatif dan positif. Tidak selamanya yang negatif terlihat buruk. Bergantung kepada individu yang bersangkutan. Apakah akan mengambil sisi negatif itu sebagai hal negatif ataukah akan meleburnya sehingga bisa memberi manfaat. Hal yang sama berlaku pula untuk sisi positif yang ada di dalamnya.[]
0 komentar:
Posting Komentar