Alangkah Lucunya Negeri Ini | Mahasiswa Universitas Jember

Rabu, 18 Juli 2012

0 Alangkah Lucunya Negeri Ini

PANAS, sangat berisik dan penuh orang. Pola interaksi di pasar menunjukkan bagaimana keadaan negeri ini. Masih banyak pedagang yang berbohong, banyak agama dan suku bangsa yang ada di Indonesia. Hal yang menjadi latar belakang dari film 'Alangkah Lucunya Negeri Ini'. Film ini mencoba mengangkat betapa pentingnya pendidikan dan mengkritik kebijakan pemerintah tentang pendidikan masyarakat. Pemerintah menggembor-gemborkan betapa pentingnya bersekolah, tapi disatu sisi masih banyak anak malah berkeliaran di pasar dan di lampu-lampu merah untuk mencopet dan berjualan. Padahal sudah jelas dalam pasal 34 ayat (1) UUD '45 bahwa fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara. Namun kenyataanya masih sangat banyak yang tidak diurus oleh negara. Dan mengenai seberapa penting pendidikan itu sendiri dilihat dalam film ini.
      “Kalau elo nggak berpendidikan, elo nggak akan tau kalau pendidikan itu tidak penting. Makanya pendidikan itu penting.” Inilah pernyataan Muluk yang membuat Samsudin tidak bisa menyangkal akan betapa pentingnya pendidikan itu. Memang menjadi lumrah jika Samsudin cenderung menyepelekan arti pendidikan karena ia adalah tipe sarjana yang setelah lulus hanya menjadi pengangguran dan membuang-buang waktunya dengan bermain gaplek di pos kamling. Melihat hal tersebut, kemudian Muluk mengajaknya untuk mengajar copet-copet yang dinaungi oleh Bang Jarot. Awalnya Muluk hanya mencoba untuk mendapatkan keuntungan dari kerjasamanya dengan para pencopet kecil itu. Dia menawarkan dirinya sebagai konsultan dan mengolah uang hasil mencopet mereka untuk membuat usaha agar mereka tidak mencopet lagi kelak. Tapi kemudian Muluk tergugah untuk mengubah mereka menjadi lebih baik, dengan cara mengajarkan ilmu Kewarganegaraan dan Agama terhadap para pencopet kecil itu.
      Muluk melibatkan kedua temannya yang juga sarjana muda untuk mengajar para pencopet itu agar mereka menjadi orang yang berpendidikan walau tanpa bersekolah. Setelah orang tua mereka tahu bahwa anak-anaknya digaji dari uang hasil mencopet, mereka benar-benar menolak keras apa yang mereka berikan. Karena hal itulah Muluk dan temen-temannya berhenti mengajar pencopet-pencopet itu. Setelah mereka pergi, Bang Jarot memberikan pilihan kepada anak buahnya untuk menjadi pedagang asongan atau terus menjadi pencopet. Sebagian dari mereka ada yangmemilih menjadi pedagang asongan dan yang lain tetap memilih menjadi pencopet.
       Dari film ini kita bisa melihat bahwa, pemerintah sangat kurang perhatian terhadap masyarakat yang memang membutuhkan perhatian, apa lagi dari segi pendidikan. Tingkat pendidikan indonesia sangat rendah. Oleh karena itu, menjadi suatu kewajiban bagi mereka yang mengenyam bangku  perkuliahan untuk membagi ilmunya kepada mereka yang tidak merasakan bangku sekolah. Hal tersebut merupakan salah satu bentuk pengabdian kita sebagai mahasiswa terhadap masyrakat dan negara.[]

0 komentar:

Posting Komentar

 

Mahasiswa Universitas Jember Copyright © 2011 - |- Template created by O Pregador - |- Powered by Blogger Templates