Renungan Dalam Ingatan | Mahasiswa Universitas Jember

Jumat, 10 Mei 2013

0 Renungan Dalam Ingatan

TENG…TENG…TENG….
Bunyi lonceng sekolah menandakan berakhirnya proses belajar mengajar di kelas. Serontak murid-murid bergegas keluar dari dalam kelas, begitu pula denganku seorang murid kelas 3 STM yang sedang menekuni sebuah ilmu di bidang otomotif di sebuah STM Negeri Glagah di Banyuwangi.
Matahari yang berada tepat diatas ubun-unbun membuat air keringatku menetes dari kepala membasahi setiap jalan setapak yang kulalui di sepanjang lorong sekolah yang tak beratap. Sudah lama memang sejak aku megijakkan kakiku pertama kali di sekolah ini, tepatnya 2,5 tahun lamanya sekolah ini tak pernah ada usaha untuk memperbaikinya. Hingga beberapa penyaggah atap yang terbuat dari kayu di sepanjang lorong itu tampak keropos dan terlihat beberapa rayap yang sedang asik merayap di beberapa ujung-ujungnya.
Aku terus berjalan dengan terbata-bata menelusuri lorong itu yang berujung di sebuah rumah yang berada di pojok sekolah dengan rajutan bambu tipis menyelimutinya dan beratapkan yang lagi tak berwarna merah.. Hanya berjarak 10 menit lamanya jika aku berjalan dari kelasku.
Sesampainya di rumah itu aku langsung merobohkan badanku di sebuah papan duduk yang ada tepat didepan rumah itu yang luasnya kiranya 2 kali lipat dari badanku. Aku mulai meluruskan kedua kaki dan tanganku yang berbalut perban dengan bercak merah di beberapa sisi-sisinya.
Es jeruknya satu mak…? (mintaku kepada Emak si pemilik kantin)
Sendi-sendi dan otot kakiku yang lagi tak berfungsi sebagaimana mestinya. Jantungku berdegub perlahan dan darahku mengalir ke seluruh tubuhku bak sungai yang tak berbatu, seketika itu aku mulai mepertemukan kedua kelopak mataku perlahan. Memulai kuingat kejadian yang takkan pernah bisa kulupakan hingga menyebabkan keadaanku seperti sekarang.
***
Dua hari yang lalu tepatnya dimana sang fajar ketika itu hampir menampakkan seluruh sinarnya, burung-burung bernyanyi dengan asiknya di langit nan biru tak berawan. Aku berlari secepat 60 km/jam dengan seperangkat mesin penggerak yang dilengkapi dua roda dan berbahan bensin di sepanjang jalan hayam wuruk, satu-satunya jalan utama dari rumahku untuk menuju ke sekolah yang berjarak 5 km. Terlihat banyak kendaraan yang lalu lalang di sepanjang jalan yang kulewati. Tak heran memang, karena sepanjang jalan hayam wuruk terdapat 7 sekolah yang berdiri disana, 4 SMP Negeri, 3 SMA Negeri dan 1 STM Negeri yang ada di penghujung jalan. Tak ada hal yang aku pikirkan selain tiba di sekolah tepat waktu untuk mengikuti upacara yang rutin diadakan setiap hari senin.
Setelah melewati setengah perjalanan dari rumah, tiba-tiba aku di kejutkan dengan sebuah kendaran roda dua yang tiba-tiba memotong jalan didepanku untuk sampai ke sisi kiri jalan. Serentak jantungku berdetek 2 kali lebih cepat dan memompa darahku lebih cepat pula untuk menuju ke otakku hingga membuat tanganku secara tiba-tiba menekan kuat tuas rem di tangan kananku dan membanting setir ke arah kanan.
Tak disangka dari arah sebaliknya terlihat sebuah kendaraan berwarna biru bermuatan sayur menuju kearahku. Dengan gesitnya bak seekor ceetah ku olengkan setirku ke arah kiri untuk menghindarinya.
BRUUUUUAAAAAAKKKKK………….
Benturan keras tak terelakkan antara motorku dengan aspal jalan. Dan membuat badanku terpental hingga sejauh 10 meter dari motorku berada. Dunia terasa berputar di sekelilingku, Perlahan aku mulai meringkuh menggapai kaca spion yang berada tepat didepanku dengan banyaknya goresan luka yang tersebar di sekujur tanganku. Aku mulai bangkit perlahan, seketika itu kusadari pergelangan kaki kiriku tak dapat menopang berat tubuhku. Jantungku berdegub kencang setelah apa yang baru aku lalui. Sepandai-pandainya monyet memanjat toh akan jatuh juga, segesit dan secepat apapun ceetah berlari toh dapat ditangkap juga, dan selihai apapun orang mengendarai motor toh juga akan jatuh pada suatu hari nanti.
Saat ketika aku membanting setirku untuk menghindar dari kendaraan bermuatan sayur ternyata ban depan motorku bocor hingga membuatnya selip antara kedua sisinya, sehingga terjadi hantaman keras di bagian sisi kanan setirku dengan bagian lampu kiri mobil pick up itu. Lalu seketika itu pun aku dan motorku berguling bak roda berputar sepanjang jalan hayam wuruk. Tatapan kosong orang-orang disekitarku ketika serontak berlari bersama menghampiriku, tak tahu apa yang mereka pikirkan. Seragam sekolah yang tadinya putih, bersih dan rapi kini warnanya tampak berwarna coklat tanah bercampur dengan hitamnya aspal. Dalam keadaanku dan seragamku yang compang-camping dan banyak dari sisi lengan dan kaki bajuku habis dimakan aspal juga Terngiang suara dikedua telingaku dari orang-orang saat itu.
tidak apa-apa mas…tidak apa-apa mas…tidak apa-apa mas…tidak apa-apa mas….? (suara dari gemuruh orang yang datang membantuku berdiri)
Aku mulai mendekati motorku perlahan dengan langkah yang tak beraturan, bak suara lonceng sekolah berbunyi di kedua indra pendengarku dan dunia terasa berputar disekelilingku. Kaca pelindung kepala yang membuat pandanganku kabur dengan kaca spion di tangan kiriku, aku mulai mengangkat motorku yang tak lagi berbentuk seperti adanya. Setir kemudi tampak melenceng 20o ke kiri dengan posisi roda lurus ke depan, satu spion lagi yang tak tau rimbanya, kepala lampu depan yang tak lagi di lapisi kaca, dan di bebera sisi baju motorku yang tak tampak terlihat lagi keutuhannya.
Apa yang akan kukatakana ketika sampai di rumah kelak kepada orang tuaku. Serambi aku berusaha menaiki motorku, terbayang raut wajah orang tuaku yang mengkerut dengan menyilangkan kedua tangan ketika aku datang ke rumah, dan suara yang tak dapat lagi terbendung bak seorang demonstran sedang meronta meminta keadilan di depan pagar rumah pemimpin hingga menggemparkan seluruh tempat disekitarnya.
***
Nak…ini es jeruknya…! (ucap Emak yang tiba-tiba duduk disebelahku dengan menyodorkan segelas es jeruk yang tadi kupesan)
Dari renungan ingatan masa lalu yang membuat kelopak mataku terasa tak ingin dibuka, tiba-tiba terbelalak dengan cepatnya terbangun dari ingatan buruk setelah mendengar suara emak yang ada disebelahku.
O….Iya mak….! (serentak ku menjawab seketika dengan menggapai gelas berisi es jeruk yang di sodorkan emak ke arahku)
Apa yang telah menimpamu nak hingga babak belur begini…? (saut emak ketika melihat sekujur tubuhku penuh luka)
Tak apa mak…biasa…cowok….hehehe…! (jawabku dengan tersenyum lebar)
Tak apa gimana…bak orang habis ikut perang gini keadaanmu….habis kecelakaan kamu ya….? (tegas emak dengan raut wajahnya yang mulai mengkerut)
Iya…iya mak…habis jatuh dari motor aku makanya jadi seperti ini…! (jawabku dengan suara datar)
Lain kali hati-hati naik motor, jangan kebut-kebutan. Yaudah, habisin Es jeruknya biar seger badanmu! (jawab emak sambil menepuk punggungku)
Siap mak…! (jawabku serontak serambi mengangkat tangan kananku bak serdadu sedang hormat dengan tersenyum lebar)
Di nasehati kok malah bercanda kamu ini. Ya udah istirahato wes, emak melayani pembeli yang lain dulu! (saut emak serambi melangkah menuju ke dalam kantin)
Hehehe…oke mak! (jawabku dengan tersenyum)

0 komentar:

Posting Komentar

 

Mahasiswa Universitas Jember Copyright © 2011 - |- Template created by O Pregador - |- Powered by Blogger Templates